Hari ini aku merasa sedikit malas, karna aku bangun jam 7, dibangunin Kaysan. Mbah Adi langsung menyuruh kita untuk makan pagi, pake telor puyuh, tempe, mie. Si Kaysan gak suka telur puyuhnya jadi kasih ke aku, sedangkan telur puyuhnya itu banyak banget sekitar 5-7. Karna makannya banyak banget aku gak habis, aku gak enak banget sama mbah utinya, aku takut dia kecewa karna aku gak habis, aku cuman bisa bilang "Mbah, maaf banget aku gak habis makannya, aku gak biasa makan pagi sebanyak ini" Emang bener, sarapannya itu banyak banget. Mbah Utinya cuman bilang "Iya gak papah, bisa buat anjingnya kok." Oh iya! aku lupa nulis tentang anjingnya di journal kemarin, jadi mbah ini punya 2 anjing namanya Bruno dan Pipo, aku lupa yang mana tapi salah satu dari mereka dirantai karna suka ngejar ayam-ayam mbah Adi.
Sebelum kumpul di Homestay bu Gun, aku dan Kaysan gak lupa mandi (ato malah lupa). Rencana hari ini adalah ke Pantai Depok naik angkot. Di angkot aku dan Zaky duduk di depan sambil merenung ngeliatin jalan (◕_◕)
Kita sempet ngelewatin gerbang masuk Pantai Parangtritis. Di jalan aku juga sering foto-foto pake kamera si Yudhis. Sampe di pantai kita pisah klompok, klompoknya sama kaya yang kemarin udah diubah. Setiap klompok risetnya beda-beda, kalo klompok aku risetnya tentang pelelangan ikan-ikan di pantai itu, sedangkan klompok Zaky risetnya tentang pengolahan dan klompok Donna tentang penangkapan.
Ternyata di buku aku, aku gak nulis sama sekali pas di pantai. Jadi aku cuman bisa cerita apa yang aku inget.
Pertamanya kita kaya orang bingung cuman ngeliatin klompok lain, berdiri di atas pasir di tengah-tengah pantai, Kita liat ada klompok cewe yang lagi wawancara nelayan, kita samperin mereka. Di kapal nelayan itu ada kepiting dan ada bermacam-macam ikan, tapi habis itu kita tinggalin mereka. Kita nemu sebuah TPI (Tempat Pelelangan Ikan), di sana ada 2 bapak-bapak lagi ngobrol. Kita tanya dia dimana orang-orang jual ikan-ikan hasil tangkapan sini. Dia bilang "Kalo pasarnya ada di sana," Sambil nunjuk ke suatu tempat "Kalo TPI ini bukanya jam 10." Langsung kita berjalan menuju pasar di tempat untuk bertanya lebih lanjut.
Di pasar kita liat ada banyak ibu-ibu yang menjual berbagai macam ikan. Ada tempat jualan ibu bernama ibu Surono, langsung kita datengin dan kita wawancara. Di tempat jualan dia ada banyak macem ikan-ikan, tapi cuman satu yang aku inget, yaitu ikan HIU! Ukuran hiunya gak besar sebesar hiu putih atau apa.
Setelah dari pasarnya kita jalan lagi ke TPI, tapi masih jam 9 lewat, jadi kita nunggu di bangunan sebelahnya yang banyak pasir. Aku kumpulin pasir-pasirnya ke tengah, terus aku gambar di pasir itu. Salah satunya ada tulisan "Dhifie ♡"
Jam 10 pas kita ke TPI, bersama klompok lain yang juga menunggu TPI dibuka.
Setelah si Yudhis bertanya-tanya [INFO WAWANCARA ADA DI JOURNAL YUDHIS]
Sambil menunggu Yudhis wawancara aku berfoto-foto pakai kamera Yudhis, sama si Ceca.
Jam 11 kita naik angkot lagi menuju Sanden (Pabrik mie lethek) Tapi sebelum kita sampe di Sanden, kita makan dulu di tempat makan yang ada Mie Letheknya, untuk tau rasanya mie lethek itu. Aku beli mie rebus dan jeruk. Di saat lagi nunggu karna kita berisik banget, kak Kukuh punya ide, bagi yang ngomong selagi nunggu makan harus bayar semuanya! Jadi saat itu bener-bener sepi, gak kaya anak homeschooling. Pas mienya dateng aku langsung ngicip rasanya. Rasa mienya enak, tapi nunggu mienya itu lumayan lama, belom lagi nunggu yang goreng, karna yang goreng itu masaknya jauh lebih lama.
Perjalanan ke Sanden memakan waktu 10 menit. Di sana ada semacam pintu garasi, kita masuk ke sana, rupanya tempatnya besar dan juga lagi tidak peroperasi karna libur kalau gak salah. Setiap klompok dibagi 3 topik, tapi kali ini beda pembagiannya. Kalau tadi satu klompok satu topik, kalau sekarang masing masing klompok punya 3 topik. Ada Sejarah, Pembuatan dan Penjualan. Waktu pembagian tugas aku lagi benerin sandal gunung ku, jadi pas aku bilang aku mau topiknya sejarah malah udah diambil si Yudhis ლ(ಠ益ಠლ)
Jadi aku dapetnya topik penjualan (⇀‸↼‶). Sedangkan aku lebih tertarik ke sejarahnya, karna katanya dulu presiden SBY selalu beli ke sanden ini. Aku bener-bener bingung mau tanya ke siapa, karna tempatnya sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang kerja. yang nanya sejarah lagi nanya ke ibu-ibu gendut yang duduk di kursi. Dia kelihatan seperti pemilik, makanya aku nunggu di belakang yang lagi wawancara. Aku nunggu lamaaaaaaaaaa banget, sampe akhirnya mereka selesai bertanya. Aku langsung duduk di depan dia, tapi bukannya nanya "Mau nanya apa nak?" Dia malah pergi ninggalin aku tanpa sepatah kata. Aku sedikit jengkel karna aku sebagai pendatang malah dicuekin. Aku langsung pergi dari tempatnya, aku cari orang lain yang bisa aku tanya. Tapi aku tetep bingung mau tanya siapa, sampe akhirnya kak Kukuh suruh aku dateng ke arah dia.
Di depannya ada 2 ibu-ibu yang sedang memisahkan mie kering yang ada di karung.
Dulu itu sanden produksinya lebih banyak, tapi sekarang lebih sedikit karna kekurangan pekerjanya. ibu-ibu itu cuman tau harga mie yang remuk/hancur. Kalau yang hancur banget 1Kilonya 2.500 doang. Kalau yang sedikit panjang Harganya 7.000 kalau yang masih setengah panjang asli mienya harganya 12.000. Kalau yang masih utuh dijual ke bakul ke pasar 5Kilo harganya 70.000 Dikirim ke Bantul, Pawirotaman, Njodok, Bringharjo, Jakarta.
Kalau bahannya terbuat dari Tepung Tapioka dan juga Tepung Gaplek.
Jam setengah empat kita pulang naik angkot lagi, kali ini pulangnya sedikit ngantuk. Sampe rumah aku langsung siap-siap untuk ke gereja. Kita semua juga sudah sepakat untuk pergi ke gereja ganjuran, tapi untuk aku, Yla, Donna, Bu Cicil, sama anaknya bu Cicil.
Kita semua ke gereja ganjuran, di sana aku dan yang katholik lainnya ibadah, sedangkan yang lain mengexplor air gereja ganjuran yang katanya PHnya 9.~~
Selesai misa kita nyari yang lainnya. Ternyata yang lain udah pulang dan kita berlima di tinggal sama yang lain. Sampe di rumah bu Gun, kita liat ternyata yang lainnya pada nonton bola AFF. Sedih kita liat indonesia kalah 2-1, kita langsung disuruh kak Inu ke rumah bu Cicil untuk belajar tentang tempe
Kalo bisa dibilang u Cicil itu ahlinya tempe.
Bu Cicil bilang kedelai amerika itu hasil genetika, kedelai amerika juga tidak sehat dan mahal. Sedangkan kedelai lokal jauh lebih sehat.
Tempe bisa dibuat dengan macam-macam kacang, tapi yang sering dipakai cuman ada kacang Kecipir, kacang Hijau, kacang Koro kecil, kacang Koro pedang/besar, kacang Tanah, kacang Kedelai hitam dan kuning. Kalau kacang Kecipir prosesnya sulit karna kulitnya keras, sedangkan kacang Koro dimasaknya harus hati-hati karna beracun.
Kedelai lokal lebih sehat juga karena proses penanaman sampai penjualan lebih bersih. Bu Cicil lebih suka membuat tempe yang dibungkus daun pisang, alasannya karena kalau pakai plastik tidak ramah lingkungan, dan juga kalau pakai daun pisang lebih harum saat dibuka. Tempe yang dijual bu Cicil paling jauh terjual sampai Denmark. Hasil yang dibuat bu Cicil lebih sedikit sekarang daripada dulu karena material dan tenaganya terbatas.
Kalau cara membuatnya pertama kacang kedelai dibersihkan, lalu direndam selama 6-10 Jam. Setelah keluar buih direbus sampai mendidih 5-10 menit, lalu ditiris. Untuk melepas kulit ari kacang kedelai harus diinjak-injak di Tumbu yang berisi air. Setiap kali selesai diinjak dibuang airnya bersama kulit ari yang mengambang, diulang sebanyak 3-5 kali. Air rendaman dari kedelai bisa digunakan untuk menyiram tanaman, sedangkan kulit-kulit arinya bisa untuk makan kambing. Lalu didiamkan di dalam air selama 6-10 jam, direbus 30 menit, lalu ditiris. Setelah ditiris, diratakan di Nyiru/Tampah/Tambir dikeringkan, lalu diberi ragi dari daun waru. Habis itu langsung dibungkus daun pisang dan diberi lubang, karna jamur (Jamur Rhizopus Oryzae) yang akan tumbuh ditempenya tidak bisa bertumbuh kalau tertutup.
Peralatan tempe tidak boleh dicampur dengan peralatan yang sudah gunakan untuk makanan yang bergaram atau berminyak. Kalau mau membuat tempe, suasana hati harus senang/positif, atau kemungkinan besar tempenya akan gagal. Saat cuaca sedang buruk, tempe yang sedang berfermentasi harus diberi perawatan khusus, supaya suhunya tidak memperlambat/membunuh tumbuhnya jamur fermentasi.
Malam ini kita hanya mencuci kacand kedelainya, lalu kita diamkan sampai besok pagi.
Setelah kita belajar banyak tentang tempe, kita pulang ke rumah masing-masing, terus tidur. Gak lupa kencing supaya gak kebangun malem-malem.