PLANKTON
A. Terminologi plankton
Plankton memiliki tiga sifat khusus yaitu: mengembara, bergerak pasif, melayang di air. Plankton adalah salah satu organisme yang berukuran kecil yang jumlahnya sangat banyak dan hidupnya melayang dan bergerak sedikit karena terombang ambing oleh arus diperairan bebas. (Bougis, 1974)
Plankton merupakan organisme mikroskopis yang jumlahnya sangat banyak dan terombang-ambing oleh arus diperairan bebas. Zooplankton sebenarnya termasuk dalam golongan hewan perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertical pada beberapa lapisan perairan, te4tapi kekuatan berenang mereka sangat lemah. Mereka hidup sebagai tumbuhan (phytoplankton) dan sebagai hewan (zooplankton). (Newell, C.E & Newell, R.C., 1977)
B. Pengertian Plankton
Plankton merupakan makluk tumbuhan dan hewan yang hidupnya melayang atau mengambang di dalam air, yang selalu hanyut terbawa arus. yang jumlahnya sangat banyak bias jutaan sel ataupun ribuan induvidu per liter, keanekaragaman hayatinya (biodiversity) pun sangatlah tinggi. (Anugrah, 2008)
Laut kita sebenarnya penuh dengan plankton, tetapi Plankton berbeda dengan nekton,nekton merupakan hewan yang mempunyai kemampuan aktif berenang bebas, tidak bergantung pada arus, seperti halnya ikan, cumi – cumi, paus dan lain–lain. Lain pula dengan bentos, bentos merupakan biota yang hidupnya melekat, menancap, merayap atau meliang di dasar laut, seperti misalnya teripang, kerang, bintang laut dan karang (coral). Plankton sendiri terbagi menjadi dua yaitu fitoplankton (plankton tumbuhan) dan zooplankton (plankton hewan). (Anugrah, 2008)
Plankton-net adalah alat untuk menangkap plankton. Plankton-net adalah sarinagn air yang halus, dimana air masih dapat keluar dari lubang (mess). Plankton Net untuk phytoplankton berukuran diameter 31 cm dengan mata jaring berukuran 30 – 60 mikron. Plankton Net untuk zooplankton berukuran diameter 45 cm dengan mata jaring berukuran 150 – 500 mikron. Plankton Net untuk ikhtyoplankton berukuran diamater 55 cm. (Sachlan, M. 1982)
Holo-plankton adalah plankton yang selama hidupnya sebagai plankton, seperti Rotatoria, Copepoda, dll. Sedangkan mero-plankton adalah plankton yang sebagian hidupnya sebagai plankton, seperti larva-larva dari segala macam udang, atau larva-larva dari hewan-hewan air lainnya yang nantinya jika sudah besar tidak lagi hidup sebagai plankton. (Sachlan, M. 1982)
Ukuran plankton sangat beraneka ragam. Menurut Omori dan Ikeda (1992) plankton berdasarkan ukurannya, yaitu :
ultraplankton
berukuran <2 mm
nanoplankton
berukuran diantara 2-20 mm
microplankton
berukuran diantara 20-200 mm
mesoplankton
berukuran diantara 200 mm – 2 mm
macroplankton
berukuran diantara 2-20 mm
mikronekton
berukuran diantara 20-200 mm
megaplankton
berukuran >20 mm
Berdasarkan kedalamannya plankton dapat dibagi menjadi :
1. Pleuston, adalah biota plankton yang menempati bagian permukaan air laut, dimana selalu berhubungan dengan udara. Kelompok plankton ini seringkali diklasifikasikan kedalam kategori tersendiri dari plankton dikarenakan pergerakannya lebih banyak dipengaruhi oleh angin dibandingkan dengan arus. Contohnya : Physalia dan Velella ( Hydrozoa ).
2. Neuston, adalah biota plankton yang tinggal pada lapisan permukaan dari kedalaman beberapa sampai dengan 10 millimeter.
3. Epipelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan sampai dengan kedalaman 300 m pada siang hari.
4. Mesopelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan diantara 300 sampai dengan 1000 meter pada siang hari.
5. Bathypelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan diantara 1000 sampai dengan 3000 - 4000 meter pada siang hari.
6. Abyssopelagic Plankton, adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan lebih dari 3000 - 4000 meter.
7. Epibenthic Plankton ( Demersal atau Bottom Living Plankton ), adalah biota plankton yang menempati lapisan perairan mendekati dasar atau secara temporer berkaitan dengan lapisan permukaan dasar
C. Fitoplankton
Fitoplankton atau plankton nabati adalah plankton tumbuhan yang berukuran microscopis, yang hidup dengan pergerakan yang lemah dan sangat dipengaruhi oleh pergerakan arus sekecil sekalipun. Jenis plankton ini dapat berfotosintesis dan merupakan pemasok energi terbesar dalam ekosistem laut dan juga berperan sebagai produser primer dalam jaring – jaring makanan . Pada umumnya fitoplankton di laut didomonasi oleh diatom ( bacillariophiceae ), diniflagellata, coccolithophore dan criptomonads, namun yang sering terjaring adalah diatom dan diniflagellata sebab mempunyai ukuran yang lebih besar jika dibandingkan dengan fitoplankton yang lain. (Sachlan, M. 1982)
Fitoplankton adalah tumbuhan yang hidupnya mengapung atau melayang dalam laut. Ukurannya sangat kecil, tak dapat dilihat dengan mata telanjang. Meskipun ukurannya sangat halus, namun apabila mereka tumbuh sangat lebat dan padat biasanya menyebabkan perubahan pada warna air laut yang bisa terlihat. Fitoplankton mempunyai fungsi penting di laut, karena bersifat autotrofik yaitu dapat menghasilkan sendiri bahan organik makanannya. Fitoplankton mengandung klorofil dan karenanya mempunyai kemampuan berfotosinteis yakni menyadap energi surya untuk mengubah bahan inorganik menjadi bahan organik. Karena kemampuannya memproduksi makanannya sendiri maka fitoplankton juga disebut sebagai produsen primer (primary producer). Kelompok fitoplankton yang sangat umum dijumpai di perairan tropis adalah diatom (Bacillariophyceae), dan dinoflagellata (Dynophyceae). (Anugrah, 2008)
Fitoplankton hidup terdahulu di dunia, sehingga secara historik ia adalah produsen yang primer. Secara defacto juga demikian. Jika suatu ketika terjadi danau baru (tipe blowhole di lereng-lereng Gunung Lamongan, Jawa Timur), maka yang terjadi pertama dalam tempat ini adalah Phytoplankton, bukan pohon beringin yang juga suatu produsen. Ini bukan berarti alam membuat Phytoplankton baru, akan tetapi spora-spora dari berbagai alga hijau (Chlorophyta) atau alga biru (Cyanophyta) dibawa oleh udara ke tempat lain, atau melalui sungai-sungai kecil yang bermuara di danau tersebut dan tumbuh di tempat tersebut; dengan sendirinya akan tumbuh zooplankton, karena mendapat makanan yang cukup dan tepat (Sachlan, 1982).
Produsen (producers) berarti “pembuat”, dalam hal ini membuat organic matter dari anorganic matter (garam-garam dalam perairan) melalui fotosintesis, suatu proses fisiokimiawi dalam sel hidup, dengan bantuan klorofil dan menggunakan air (H2O), CO2 dan sinar matahari dalam bentuk energi kinetik bergelombang 0,4-0,8 mikron. Resultan proses ini digambarkan dalam persamaan H2O + CO2 + sinar matahari karbohidrat + O2 (Sachlan, 1982).
Jenis-jenis fitoplankton
1. Cyanophyta (Alga biru hijau).
2. Rhodophyceae (Alga merah)
3. Bacillariophyceae (Diatom)
4. Cryptophyceae (Cryptomonad)
5. Dinophyceae (dinoflagellata)
6. Chrysophyceae (crysomonad,silicoflgellata)
7. Haptophyceae (Coccolithopor,prymnesiomonad)
8. Raphidiophyceae (Chloromonad)
9. Xanthophyceae (Alga kuning hijau)
10. Eustigmatophyceae
11. Euglenophyceae (Euglenoid)
12. Prasinophyceae (prasinomonad)
13. Chlorophyceae (Alga hijau,Volvocales)
- FITOPLANKTON MIKROALGA
A. Chlorelle
Merupakan alga-hijau, diklasifikasikan sebagai berikut:
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chlorophyceae
Ordo : Chlorococcales
Famili : Chlorellacea
Genus : Chlorella
Menurut habitatnya ada 2 jenis yaitu chlorella yang hidup di air tawar dan laut. Warna hijau pada chlorella karena mengandung klorofil. Dinding selnya sangat keras karena terdiri dari selulosa dan pectin. Chlorella bersifat kosmopolit yang dapat tumbuh dimana mana, kecuali pada tempat yang kritis. Tumbuh pada salinitas 0 – 35 ppt dan salinitas optimumnya 10 – 20 ppt. Chlorella mampu tumbuh pada suhu 250C – 300C. (Bougis, 1974)
B. Tetraselmis
Hidup pada salinitas 15 – 36 ppt dengan kisaran suhu 150 – 160 C. Alga ini berkembang biak dengan cara aseksual, yaitu dengan pembelahan sel dan bereproduksi dengan cara seksual yaitu dengan penyatuan kloroplas dari gamet jantan dan betina. Pada reproduksi aseksual protoplasm sel membelah menjadi 2, 4, 8 sel dalam bentuk zoospore. Kemudian masing-masing akan melengkapi demgam 4 buah flagella dan akan terlepas dalam bentuk zygosspora.
Klasifikasi Tetra selmis :
Filum : Chlorophyta
Kelas : Prasinophyceae
Ordo : Piramimonadales
Genus : Tetraselmis ( Bougis, 1979 )
C. Dunalliela Salina
Klasifikasinya sebagai berikut :
Filum : Chlorophyta
Kelas : Chloropyceae
Ordo : Volvocales
Subordo : Polyblepharidaceae
Famili : Dunaliella ( Bougis, 1979 )
Dunaliela bersifat halopilik, yaitu menyukai kondisi lingkungan yang mempunyai salinitas tinggi. Dapat hidup pada kadar garam air laut normal tetapi masih dapat bertahan pada kondisi NaCl jenuh 30 %. Salinitas maximal untuk pertumbuhan adalah 18 – 22 % NaCl, tetapi agar produlsi karotenoid optimal memerlukan salinitas 27 % NaCl. (Bougis, 1974)
Phytoplankton ini bersifat Eurythermal, yaitu toleran terhadap kisaran suhu yang lebar. Mampu bertahan pada suhu < 0 dan bersifat mematikan pada suhu > 40 0C. Suhu pertumbuhan optimum antara 20 – 40 0C tergantung strainya. Tumbuh maksimal pada pH 9 – 11. (Bougis, 1974)
Bereproduksi secara seksual dan aseksual. Reproduksi seksual terjadi secara dengan cara melakukan isogami melalui konjugasi. Zigot berwarna hijau atau merah yang dikelilingi oleh dinding sporolenin yang halus dan sangat tipis. Nukleus zigot akan membelah secara meiosis. Pembelahan ini terjadi setelah fase istirahat. Terbentuklah lebih dari 32 sel yang dibebaskan melalui retakan atau celah pada dinding sel induk. Secara aseksual terjadi dengan pembelahan secara memanjang. Pada kondisi tetentu plankton ini bekembang pada tahap palmela dan terbungkus dalam sebuah lapisan lender tipis, atau dapat membentuk sebuah oplanospora dengan sebuah dinding kasar yang tipis. (Bougis, 1974)
D. Skeletonema
Klasifikasi skeletonema :
Filum : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Bacillariales
Subordo : Coscinodisciane
Genus : Skeletonema
Species : Skeletonema costatum. ( Bougis. 1979 )
Bersifat Eurythermal yang mampu tumbuh pada kisaran 30 – 300C. Untuk pertumbuhan optimal alga ini membutuhkan kisarn suhu antara 250 -270. Dapat hidup di laut dan muara sungai (euryhalin). Salinitas optimal untuk pertumbuhan 25 – 29 ppt. (Bougis, 1974)
Bereproduksi seacara aseksual yaitu dengan pembelahan sel. Pembelahan terjadi berulang-ulang sehingga ukurannya kecil. Sedangkan reproduksi secara seksual terjadi secara pembentukan auxospora. Mula-mula epiteka dan hipoteka ditinggalkan dan menghasilkan auxospora tersebut.auxospora membangun epiteka dan hipoteka baru dan tumbuh menjadi besar, kemudian melakukan pembelahan sel sehingga membentuk rantai. Terbentuk pada pH salinitas 20 – 35‰ pada suhu 200C. (Bougis, 1974)
1. Sel vegetatif kecil memproduksi spermatogonia
2. Pembentukan spermatozoid dalam spermatogonia
3. Pelepasan spermatozoid
4. Pembentukan sel telur
5. Pembuahan
6. Pembentukan zigot
7. Perkembangan zigot
8. Pembentukan auxospora
9. Pembelahn sel vegetatif
E. Chaetoceros
Pengklasifikasian :
. Filum : Bacillariophyta
Kelas : Bacillariophyceae
Ordo : Bacillariales
Subordo : Biddulphineae
Famili : Chaetoceraceae
Species : Chaetoceros atlanticus.
Chaetoceros toleran terhadap suhu yang tinggi. Pada suhu 400C plankton ini masih hidup akan tetapi tidak berkembang. Alga ini dapat tumbuh berkembang optimal pada suhu 250 – 300C. Toleransi salinitas 6 – 50‰ dan kisaran optimal pada salinitas 17 – 25‰. (Bougis, 1974)
Berreproduksi secara seksual dan seksual. Silikat berperan penting pada reproduksi phytoplankton ini, sebagai pembentuk cangkang baru.
F. Spirulina
Spirulina diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi : Cyanophyta
Klas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Familia : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina (Wibisono, 2005)
Merupakan alga biru hijau dan phytoplankton yang kosmopolit. Dikenal dengan macam spesies dan berbagai macam habitat mulai dari lingkungan terrestrial, air tawar, air payau, air asin dan perairan yang alkalin. PH yang baik untuk pertumbuhan 7,2 – 9,5 dengan suhu 250 – 350C. (Wibisono, 2005)
Berkembang biak dengan cara membelah diri. Pembelahan diawali dengan memutus filament menjadi satu satuan sel yang akan membentuk filamen baru. Pemutusan filmen yang telah masak merupakan awal daur hidup phytoplankton ini. Pemutusan ini akan membentuk bagian bagian yang disebut necridia. Necridia akan membelah membentuk piringan terpisah, hasil pembelahan ini akan berkoloni membentuk hormogonia yang dapat memisahkan diri dari frilamen induk menjadi filament baru. (Wibisono, 2005)
- Reproduksi Fitoplankton Laut
Proses reproduksi fitoplankton laut dilakukan melalui pembelahan diri menjadi dua. Contoh pada diatom epiteka (katub atas) terlepas dari hipoteka (katub bawah). Tiap belahan katub akan membentuk katub atas atau katub bawah baru. Proses pembentukan katub ini cukup lama, sehingga beberapa generasi berukuran lebih kecil. Pemulihan ukuran dilakukan melalui pembentukan oksospora. (Bougis, 1974)
- Penyebaran Fitoplankton Laut
Fitoplankton biasanya berkumpul di zona eufotik yaitu zona dengan intesitas cahaya masih memungkinkan terjadinya proses fotosintesis (Arinardi dkk., 1997). Pada suatu perairan sering dijumpai kandungan fitoplankton yang sangat melimpah akan tetapi pada tempat yang lain sangat sedikit. Keadaan ini disebabkan oleh bermacam-macam faktor antara lain angin, arus, nutrien, variasi kadar garam, kedalaman perairan, aktivitas pemangsaan serta adanya percampuran massa air. (Davis, 1955).
- Peranan Fitoplankton Laut
Fitoplankton memiliki zat hijau daun (klorofil) yang berperan dalam fotosintesis untuk menghasilkan bahan organik dan oksigen dalam air. . Sebagai dasar mata rantai pada siklus makanan di laut, fitoplankton menjadi makanan alami bagi zooplankton baik masih kecil maupun yang dewasa. Selain itu juga dapat digunakan sebagai indikator kesuburan suatu perairan. Namun fitoplankton tertentu mempunyai peran menurunkan kualitas perairan laut apabila jumlahnya berlebihan. Contoh kelas dinoflgellata tubuhnya memiliki kromatopora yang menghasilkan toksin (racun), dalam keadaan blooming dapat mematikan ikan. (Wibisono, 2005)
Dewasa ini fitoplankton laut telah dimanfaatkan untuk berbagai keperluan manusia antara lain:
1. Bidang perikanan
Sebagai makanan larva ikan, dilakukan melalui isolasi untuk mendapatkan satu spesis tertentu, misalnya Skeletonema. Kemudian dibudidayakan pada bak-bak terkontrol pada usaha pembibitan ikan untuk keperluan makanan larva ikan.
2. Industri farmasi dan makanan suplemen
Fitoplankton yang mempunyai kandungan nutrisi yang tinggi digunakan sebagai makanan suplemen bagi penderita gangguan pencernaan dan yang membutuhkan energi tinggi. Contoh produk yang beredar dari jenis Chlorella.
3. Pengolahan limbah logam berat
Dalam pengolahan limbah logam berat fitoplankton dapat digunakan untuk mengikat logam dari badan air dan mengendapkannya pada dasar kolam. Sehingga logam dalam air menjadi berkurang. (Wibisono, 2005)
- Fitoplankton sebagai produktivitas primer
Karena phytoplankton hidup terlebih dahulu di dunia ini, maka plankton ini dapat disebut betul-betul produsen yang primer. Produsen berarti “membuat”, dan dalam hal ini membuat bahan organic dari bahan anorganic (garam-garam dalam perairan), melalui fotosintesis. suatu proses fisiokimiawi dalam sel hidup, dengan bantuan klorofil dan menggunakan air (H2O), CO2 dan sinar matahari dalam bentuk energi kinetik bergelombang 0,4-0,8 mikron. Resultan proses ini digambarkan dalam persamaan:
H2O + CO2 + sinar matahari klorofil karbohidrat + O2
Menurut omori (1992), produktivitas primer adalah suatu aktivitas biologi yang berkaitan dengandinamika fiksasinilai CO2 menjadi materi organic. Menurut omori (1992), produktivitas primer adalah suatu sintesis autotropik dari meteri organic, khususnya phytoplankton bagi daerah lautan.
Phytoplankton jika sudah ada, memang dapat hidup sendiri, artinya bisa hidup hanya dengan sinar matahari dan garam-garam yang dibutuhkan, dan bila garam-garam ini cukup banyak maka phytoplankton-cell berkembang biak cepat, dan merupakan makanan bagi zooplankton yang hidup sebagai primairy-consumer, yang artinya konsumen yang hidup terdahulu dan makan langsung produsen primer. (Arinardi, dkk, 1997).
- Fitoplankton yang tidak menguntungkan
1. Ride-tide
Red-tide adalah suatu kejadian dimana permukaan laut agak bewrarna merah kerena adanya blooming dari genera Gymnodium brevis, Gymnodium sanguineus dan Gymnodium cantenella. Pada waktu adanya red-tide ini, banyak ikan mati karena makan fitoplankton yang beracun.
2. Masalah Noctiluca
Juga adanya blooming dari genus Noctiluca ini, dan yang merupakan salah satu genera dari Dinoflagellata. Pada tempat yang blooming Noctiluca banyak ikan yang berkuran, kerena diatome nya “habis” dimakan olah Noctiluca.
Keistimewaan Noctiluca ini selain merugikan ikan, sebagai food conourent dan dapat bersinar, juga memiliki ymbiont dalam tubuhnya berupa alga kuning (Chrysophyceae) dan diberi nama zooxanthella.
3. Masalah Microcystus acruginosa, Botryococcus braunii Kutz dan Euglena spp. Diperairan tawar diseluruh dunia, ada pula suatu kejadian jenis Alga biru, Microcystus acruginosa (Ordo : Chroccales, Phyllum Cyanophyta) yang dapat membahayakan kehiduan ikan, apalbila terjadi blooming dari jenis ini, bersamaan dengan adanya proses pembusukan. (Arinardi, dkk, 1997).
Sumber: Klick ini